Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (Ratapan 3:22-23)
Bacaan : Ratapan 3:16-33
Bila Anda pernah merasakan kesedihan yang luar biasa
sampai tak mampu mengucapkan sepatah kata pun, Anda akan
dapat memahami dengan baik bagaimana perasaan Yeremia
seperti yang diungkapkannya dalam kitab Ratapan. Kitab
tersebut berisikan nyanyian ratapan untuk keruntuhan
Yerusalem dan rakyatnya yang ditawan karena dosa-dosa
mereka. Airmata "ratapan nabi" seolah terpercik di setiap
halaman kitab itu.
Akhir-akhir ini, pada saat membaca kitab Ratapan, saya
senantiasa turut larut dalam kehancuran dan kesedihan yang
digambarkan oleh Yeremia. Sebuah ayat yang tak asing lagi
tiba-tiba menggugah hati saya. "Tak berkesudahan kasih setia
Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi;
besar kesetiaan-Mu!" (3:22,23)
Ayat tersebut sering dikutip secara terpisah sehingga
saya melupakan konteks kepedihan yang terkandung di
dalamnya. Di tengah kepedihan hati Yeremia, ayat itu
menyinarkan pengharapan dan terang yang tak diduga.
Mungkin ada masa-masa dalam kehidupan kita yang
segalanya seolah terasa lenyap dan kita tenggelam dalam
lembah keputusasaan. Namun dalam kesedihan kita yang sangat
dalam, sering kali kita dikejutkan oleh terang kasih Allah
yang terpancar tiada berkesudahan. Kemudian dengan anugerah
dan kemurahan hati-Nya, kita dapat menggemakan kata-kata
Yeremia: "`Tuhan adalah bagianku,' kata jiwaku, oleh sebab
itu aku berharap kepada-Nya!'" (ayat 24)
No comments:
Post a Comment