Thursday, January 31, 2013

MASA DI PADANG GURUN


Pernahkah anda merasa sedih sekaligus gelisah ? di mana selama ini pentertaan Tuhan dalam hidup anda begitu nyata. dan tiba-tiba penyertaan Tuhan seakan hilang ? semua doa yang kita panjatkan dengan sungguh seakan tak terdengar/terjawab?dan seruan kita seakan tak terdengar ?

itulah tahap yang paling kritis bagi orang percaya di mana kita berada di mana PADANG GURUN...haleluyah...bagai mana kita menyikapinya ? mari kita belajar bersama.....

(Mazmur 13:2)" Berapa lama lagi, TUHAN, Kau lupakan aku terus-menerus? berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? " Daud yang hatinya selaras dengan Tuhan, juga pernah merasakan betapa Tuhan seakan jauh, seruannya dan doanya seakan tidak di dengar...inilah fase kritis bagi orang percaya sekalipun, yaitu masa DI PADANG GURUN, ATAU MASA ANGIN TIMUR...dan sebagai hamba Tuhan saya katakan setiap orang percaya akan mengalami masa DI PADANG GURUN. Ketika kita pada tahap seperti ini, hanya satu yang dapat kita lakukan yaitu TINGGAL TENANG.(Yesaya 30:150 ".............dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu......." Haleluyah,ketika doa seakan tidak terjawab dan masalah semakin berat, hanya dengan Tinggal tenang dan percaya bahwa Tuhan akan berperang buat kita, kita akan kuat menghadapi masa PADANG GURUN dengan sukacita...masalah tetap ada, doa belum terjawab namun hati ada sukacita. KEDUA_ tetap berdoa (berseru ) berseru kepada Tuhan, ( 2 Samuel 22:7) " Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berseru.Dan Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakanku minta tolong masuk ketelinga-Nya." dapat kita simpulkan ketika DOA KITA SEAKAN TIDAK TERJAWAB, DAN SERUAN MINTA TOLONG SEAKAN TIDAK DI DENGAR : 1. Sebenarnya Tuhan sangat dekat dengan kita. Dia ingin melihat hati kita apakah kita tetap setia atau murtat. 2. kita harus tetap tenang bahkan harus tinggal tenang ( tetap tenang disituasi yang sulit/misalnya doa dan seruan kita seakan tdk terdengar) 3. tetap berseru dan berdoa kepada Tuhan. dengan ketiga hal tersebut diatas selain kita mempunyai kekuatan untuk menghadapinya juga yang lebih dasyat adalah Tuhan akhirnya mendengar doa dan seruan kita....haleluyah Gbu

Wednesday, January 30, 2013

BERSUKACITALAH SENANTIASA!!

Oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan (Galatia 5:5)
.
Pengarang Colleen Townsend Evans tahu benar mengapa seseorang tetap dapat bersukacita, sementara yang lain tidak. "Sukacita semacam ini dapat mengusik mereka yang mungkin menginginkannya, tetapi tak tahu cara mendapatkannya, sehingga mereka memilih untuk mencemooh hal itu." Lanjutnya, "Menurut dunia ini, sukacita harus selalu disertai dengan alasan yang tepat. Misalnya tim favorit kita menang atau kita mendapat kenaikan gaji. Jika kita tidak punya alasan yang wajar seperti itu untuk bersukacita, maka orang cenderung mencemooh kita."
Alkitab tidak berkata bahwa sukacita itu tergantung keadaan. Sebaliknya dengan jelas dikatakan bahwa sukacita adalah buah Roh (Galatia 5:22). Untuk dapat menjalani hidup yang penuh dengan sukacita, kita harus " dipimpin oleh Roh" (ayat 25). Dengan demikian kita dapat bersukacita dalam segala keadaan. Bahkan ketika menuliskan, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4), Paulus sedang berada dalam penjara.
Pilihan kita untuk bersukacita mungkin akan mengusik beberapa orang, tetapi akan menguatkan banyak orang dan memuliakan Allah -PK

SUKACITA BERASAL DARI TUHAN DI DALAM KITA
BUKAN DARI APA YANG TERJADI DI SEKITAR KITA

Thursday, January 3, 2013

WORSHIP (PENYEMBAHAN)

 Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya! (Mazmur 150:6)

Saya sering ditanya dari gereja mana, dan apakah gerejanya pakai alat musik lengkap,atau hanya piano saja ? saya hanya tersenyum, namun dalam hati saya berkata ternyata masih banyak orang kristen mempertanyakan bagaimana cara penyembahan yg kita lakukan, pakai musik lengkap dengan lagu hiruk pikuk,atau hanya piano hening dan syahdu hahaha.

Sebagai hamba Tuhan perlu saya sampaikan tidak tergantung dengan cepat atau lambatnya lagu, atau musik yang dipakai, ( Kejadian 21:5) "........kami akan sembahyang......."

ayat diatas Sangat jelas Pujian dan penyembahan tidak ditentukan oleh pelan cepatnya lagu,alat musik yang dipakai. namaun pujian dan penyembahan (worship) ditentukan oleh : 1. Siapa yang kita sembah
    artinya kita harus tahu dengan siapa kita menyembah ? yang pasti Yesus
2. Ada hubungan yang intim dengan Tuhan
    tanpa kita tahu dengan siapa kita menyembah dan tidak mempunyai hubungan yang erat kita tidak dapat 
    menyembah dengan benar dan sungguh., coba perhatikan masih banyak orang kristen ketika pujian 
    penyembahan, tengok kanan-tengok kiri, main BB, dsb. kenapa karena mereka tidak tahu kepada
   siapa kita menyembah dan mereka tidak mempunyai hubungan yg erat dgn Tuhan
3. Merendahkan diri, kita menyadari siapa diri kita dan dari mana kita diambil
    kalau kita menyadari siapa diri kita dan dari mana kita diambil kita akan menyembah dia dengan sungguh.

Saudaraku yang terkasih pujilah dan sembahlah Yesus dengan segenap jiwa dan hati kita, Alkitab berkata ketika kita memulyakan namaya lewat pujian dan penyembahan Tuhan akan memulihkan hidup kita kembali seperti semula, yang sakit disembuhan, yang bangkrut dibangkitkan, yang cerai akan disatukan halelauyah

Sing praise to God who reigns above,
The God of all creation,
The God of power, the God of love,
The God of our salvation. --Schutz

ADA BANYAK CARA MENYEMBAH ALLAH

Wednesday, January 2, 2013

ALASAN OPTIMIS

 Hati yang gembira adalah obat yang manjur (Amsal 17:22)
Bacaan : Yohanes 16:16-33
Alkitab memang bukan buku psikologi, tetapi memberi nasihat yang paling bijak bagi kita untuk mengalami kebahagiaan kini dan di sini. Amsal 17:22, misalnya, meyakinkan kita bahwa “hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang”.
Pernyataan sederhana itu belakangan ini dibenarkan oleh penelitian ekstensif yang dilakukan Dr. Daniel Mark, spesialis jantung di Duke University. Artikel dari The New York Times yang melaporkan temuan- temuannya berJudul: “Optimisme Bisa Berarti Kehidupan Bagi Pasien Jantung, Sedangkan Pesimisme Berarti Kematian”. Artikel tersebut diawali dengan kalimat: “Pandangan yang sehat membantu menyembuhkan jantung.” Akan tetapi, Dr. Nancy Frasure-Smith, spesialis jantung yang telah mempelajari efek depresi, kecemasan, dan kemarahan mengakui bahwa, “Kami tidak tahu bagaimana mengubah emosi-emosi negatif.” Bagaimanapun juga, iman terhadap Allah dapat menghasilkan perubahan itu. Orang-orang yang mengarahkan pandangan melampaui kesulitan mereka saat ini dan menaruh kepercayaan pada kebaikan Allah, tidak akan dapat menahan sukacita mereka.
Itu adalah hal yang penting, sampai-sampai Juruselamat kita beberapa kali berkata, “Teguhkanlah hatimu” (Matius 9:2,22; 14:27; Kisah Para Rasul 23:11). Karena tahu bahwa hidup penuh dengan berbagai krisis, Dia menguatkan kita dengan kata-kata peneguhan berikut ini: “Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yohanes 16:33) —PK

SEMUA PERLU YESUS

Setiap orang yang percaya kepada-Nya [tidak binasa, melainkan] beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:15)

Dosen Universitas Cambridge, J.S. Whale, suatu hari menerima sebuah surat. Seorang pria menulis bahwa setelah ia dan istrinya kini memasuki usia 60-an, ia merasa tidak ada gunanya percaya kepada Yesus. Meskipun tak pernah ke gereja, tidak mempercayai Allah maupun kehidupan yang akan datang, tetapi mereka menjalani hidup pernikahan dengan bahagia selama 40 tahun. Mereka pun sangat dihormati dan selalu berbuat baik. Oleh karena itu si penulis surat bertanya-tanya apa yang dapat ditawarkan agama kepada mereka.
Saya tidak tahu bagaimana Dr. Whale menjawab surat itu. Yang saya tahu adalah Yesus berkata bahwa Dia datang untuk menawarkan "hidup" yang lebih berkelimpahan dari apa pun yang dapat diberikan dunia ini (Yohanes 10:10). Tidak seperti hal-hal bersifat sementara yang kita jumpai sekarang ini. Dia menawarkan hidup yang kekal (Yohanes 3:15,16).
Seiring berjalannya waktu, cepat atau lambat kekuatan kita akan berkurang. Kita dapat mengalami penyakit yang parah atau bahkan kelumpuhan. Atau, kita tak dapat lagi mengurus orang lain dan diri sendiri, kehilangan orang-orang yang kita kasihi, dan terancam bayangan maut yang semakin mendekat.
Tatkala samudera kehidupan terlihat tenang, tampaknya kita tidak memerlukan "sang Kapten" yang mampu mengatasi badai yang dapat menyerang kapal kecil kita. Namun yang pasti kesulitan dan kematian pasti akan datang. Menyangkal kebutuhan kita akan Allah berarti menyangkal kenyataan. Semua orang memerlukan Yesus -VCG

JOMBLO

Tuhan Allah berfirman : " Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia".
(Kejadian 2:18)

Ayat ini sungguh amat popluler, bahkan banyak dari kita mengatakan ini ayat para JOMBLOWAN DAN JOMBLO WATI, walaupun sebenarnya mempunyai pengertian yang sangat luas yaitu RELATIONSHIP, baik dengan keluarga,lingkungan,istri atau suami dsb.

dalam ayat ini dikatakan " tidak baik seorang diri"  artinya apabila kita sudah mepunyai pasangan hendaklah menikah, agar klkitab berkata "berdua lebih baik darin pada sendiri karena bisa saling mengingatkan dan menasehati.

Namun Rosul Paulus berpendapat MENJOMBLO jauh lebih baik...lho apa maksudnya ? kelihatannya berlawanan, ingat yang dimaksud Paulus adalah apabila kita tidak terikat dengan seseorang sendiri itu lebih baik, sehingga dapat dengan sunggun melayani Tuhan, JADI MENJOMBLO ITU JAUH LEBIH BAIK, tapi dengan syarat PARA JOMBLOWAN DAN JOMBLOWATI, TIDAK TERIKAT DENGAN SESEORANG, BAHKAN MEMBAYANGKAN SESEORANG DAN MENGINGINKANNYA.

Saya berdoa PARA JOMBLOWAN DAN JOMBLOWATI suatu saat nanti dipertemukan Tuhan seseorang yang benar-benar, menjga,memelihara hidup kita....Gbu All

KASIH TAK PERNAH GAGAL


 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengha-rapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih (1Korintus 13:13)

Penyair Archibald MacLeish berkata bahwa "seperti halnya sinar, kasih menjadi lebih baik di kegelapan". Ia menyebut hal ini sebagai "hikmat terakhir di sore hari". Hal yang sama berlaku atas kasih kita kepada satu sama lain; kasih dapat menjadi lebih baik saat kita menua
 .
Saya telah melihatnya sendiri pada dua teman saya yang sudah lanjut usia.
Mereka sudah menikah selama lebih dari 50 tahun, namun masih sangat saling mencintai. Yang satu hampir meninggal karena mengidap kanker pankreas; sedang yang lainnya hampir meninggal karena Parkinson. Minggu lalu saya melihat ELISABET membungkuk ke ranjang IWAN menciumnya, dan berbisik, "Aku mencintaimu." IWAN menjawab, "Engkau cantik."
Saya merenungkan pasangan-pasangan yang telah mengabaikan pernikahan mereka, yang tidak mau bertahan dalam situasi baik atau buruk, sakit atau sehat, miskin atau kaya, dan saya sedih melihat mereka. Mereka akan kehilangan kasih seperti yang dinikmati oleh kedua teman saya di tahun-tahun terakhir mereka.
Saya telah menyaksikan IWAN dan ELISABET selama bertahun-tahun, dan saya tahu bahwa iman yang dalam kepada Allah, komitmen seumur hidup, kesetiaan, dan kasih yang menyangkal diri adalah tema utama dari pernikahan mereka. Mereka mengajarkan kepada saya bahwa kasih yang sejati tidak pernah menyerah, "tidak pernah gagal". Kasih mereka adalah "hikmat terakhir di sore hari", dan akan berlanjut sampai akhir. Kiranya kita menyatakan kasih yang tak berkesudahan serupa itu kepada mereka yang mengasihi kita -

TERANG YANG MENGEJUTKAN



Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (Ratapan 3:22-23)
Bacaan : Ratapan 3:16-33
Bila Anda pernah merasakan kesedihan yang luar biasa sampai tak mampu mengucapkan sepatah kata pun, Anda akan dapat memahami dengan baik bagaimana perasaan Yeremia seperti yang diungkapkannya dalam kitab Ratapan. Kitab tersebut berisikan nyanyian ratapan untuk keruntuhan Yerusalem dan rakyatnya yang ditawan karena dosa-dosa mereka. Airmata "ratapan nabi" seolah terpercik di setiap halaman kitab itu.
Akhir-akhir ini, pada saat membaca kitab Ratapan, saya senantiasa turut larut dalam kehancuran dan kesedihan yang digambarkan oleh Yeremia. Sebuah ayat yang tak asing lagi tiba-tiba menggugah hati saya. "Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (3:22,23)
Ayat tersebut sering dikutip secara terpisah sehingga saya melupakan konteks kepedihan yang terkandung di dalamnya. Di tengah kepedihan hati Yeremia, ayat itu menyinarkan pengharapan dan terang yang tak diduga.
Mungkin ada masa-masa dalam kehidupan kita yang segalanya seolah terasa lenyap dan kita tenggelam dalam lembah keputusasaan. Namun dalam kesedihan kita yang sangat dalam, sering kali kita dikejutkan oleh terang kasih Allah yang terpancar tiada berkesudahan. Kemudian dengan anugerah dan kemurahan hati-Nya, kita dapat menggemakan kata-kata Yeremia: "`Tuhan adalah bagianku,' kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya!'" (ayat 24)