Kita semua memiliki kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri,
yang bisa terwujud dalam berbagai perilaku.hal ini dikarena ego kita yang cenderung ingin segala sesuatunya untuk "saya" dan yang benar adalah "saya'.
saya dan kekasih saya akan jalan-jalan, dan di suatu kesempatan ketika di sebuah stand pakaian, dia memilih-milih pakaian yang akan dibelinya, sedangkan saya ingin membeli sepatu di stand yang berbeda, karena lama, saya berkata " aku ke stand sepatu ". tak lama kemudian dia menyusul dan menunggu saya mendapatkan sepatu dengan sabar, setelah cukup lama saya mendapatkan sepatu yang saya inginkan, dengan senyum dia berkata " sudah dapat sepatunya?" dan saya jawab " sudah dapat pakaiannya/" sekali lagi dia menjawab : " belum karena banyak lelaki usil menggoda saya." saya baru tersadar meninggalkan kekasih saya di "sarang srigala" saya minta maaf ternyata saya lebih mementingkan diri sendiri.
Alkitab menunjukkan banyak contoh tentang sikap mementingkan diri
sendiri. Di satu sisi, Yunus marah karena seekor ulat telah
menggerek pohon jarak yang disayanginya, yang telah menaunginya dari
terik matahari (Yunus 4:9).
Di sisi lain, ia melarikan diri ke Tarsis, yang berarti ia tidak
mempedulikan begitu banyak laki-laki, perempuan, dan anak-anak di
Niniwe yang akan dilenyapkan.
Dalam Markus 10:37,
tertulis tentang dua rasul yang dengan egois meminta kedudukan
dalam kerajaan Kristus yang akan datang. Dalam surat Rasul Paulus
yang pertama kepada jemaat di Korintus, kita juga melihat banyak contoh
perilaku yang mementingkan diri sendiri (1:10; 3:3; 5:1; 6:6-8; 11:21).
Allah meminta kita agar meletakkan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri (1 Korintus 10:24). Ampunilah kami, ya Tuhan, dan tolonglah kami untuk melakukannya!-
No comments:
Post a Comment